Menurutulama Hanafiyah lafazh 'am ialah setiap lafazh yang mencakup banyak, baik secara lafazh maupun makna. 2. Menurut ulama Syafi'iyah, diantaranya Al-Ghazali menyebutkan bahwa lafazh 'am ialah satu lafazh yang dari satu segi menunjukkan dua makna atau lebih. 2. Macam-macam lafal 'Am. 1. lafal kullun, jami'un, kaaffah, ma'asyar
MUJMAL DAN MUBAYYAN الـمُجْمَلُ والـمبَيَّن 1. Definisi Mujmal المجمل Mujmal secara bahasa المبهم والمجموع mubham yang tidak diketahui dan yang terkumpul. Pendapat yang lain mengatakan bahwa Mujmal Bahasa berasal dari kata الجُمْلُ yang artinya rancau atau bercampur aduk atau berarti global atau tidak terperinci. Secara istilah ما يتوقف فهم المراد منه على غيره، إما في تعيينه أو بيان صفته أو مقداره “Apa yang dimaksud darinya ditawaqqufkan terhadap yang selainnya, baik dalam ta’yinnya penentuannya atau penjelasan sifatnya atau ukurannya.” المُجْمَلُ هُوَ اَللَّفْظُ الَّذِى لاَيُفْهَمُ المَعْنَى المُرَادُ مِنْهُ اِلاَ بِالاِسْتِفْسَارِ مِنَ الجُمَلِ Mujmal adalah lafadz yang belum jelas bias dipaham makna yang dikehendaki kecuali jika ada keterangan lain yang menentukannya. Contoh yang membutuhkan dalil lain dalam ta’yinnya Firman Alloh ta’ala وَالْمُطَلَّقَاتُ يَتَرَبَّصْنَ بِأَنْفُسِهِنَّ ثَلاثَةَ قُرُوءٍ “Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri menunggu tiga kali quru’” Al-Baqoroh 228 Quru’ القرء adalah lafadz yang musytarok memiliki beberapa makna, antara haidh dan suci, maka menta’yin salah satunya membutuhkan dalil. Contoh yang membutuhkan dalil lain dalam penjelasan sifatnya Firman Alloh ta’ala وَأَقِيمُوا الصَّلاة “Dan dirikanlah sholat” Al-Baqoroh 43 Maka tata cara mendirikan sholat tidak diketahui, membutuhkan penjelasan. Contoh yang membutuhkan dalil lain dalam penjelasan ukurannya Firman Alloh ta’ala وَآَتُوا الزَّكَاةَ “Dan tunaikanlah zakat” Al-Baqoroh 43 Ukuran zakat yang wajib tidak diketahui maka membutuhkan penjelasan. 2. Definisi Mubayyan المبيَّن Mubayyan adalah kebalikan dari mujmal, yaitu المُبَيَّنُ هُوَ إِخْرَاجُ الشَّيْئِ مِنْ حَالِ اِشْكَالِهِ وَعَدَمِ فَهْمِ مَعْنَاهُ اِلَى التَّجَلَّى وَهُوَ حَالٌ اِيْضَاحِ مَعْنَاهُ وَفَهْمِهِ بِنَصِّ يَدُلُّ عَلَيْهِ “ mubayyan adalah mengeluarkan suatu lafadz dari kerancauan dan tidak adanya arti yang dapat dipahami dengan menggunakan dalil-dalil yang bias menunjukkan pada arti yang dikehendaki.” Contoh ayat tentang “iddah wanita yang ditalak suaminya وَالمُطْلَقَاتُ يَتَرَبَّصْنَ بِاَنْفُسِهِنَّ ثَلاَثَةَ قُرُوْءٍ Dalam ayat ini ditemukan lafadz Quru’ yang artinya belum jelas, sebab memiliki dua arti yaitu Haid Datang Bulan, dan Tuhrun Suci. Oleh karena itu harus ada penjelas. 3. Kaidah yang berhubungan dengan mujmal dan mubayyan a. تَأْخِيْرُ الْبَيَانِ عَنِ وَقْتِ الْحَاجَةِ لاَيَجُوْزُ Artinya’’Mengakhirkan penjasan pada saat dibutuhkan tidak dibolehkan’’ ContohKetika Fatimah binti hubaisy bertanya kepada rosululloh’’ya rosululloh saya ini wanita yang berpenyakitistihadhoh yang belum saya harus sholat’’nabi menjawabDarah itu hannya keringat biasa bukan hadits ini dapat dipahami darah istikhadhoh tidak mewajibkan mandi besar. b. تَاَْْخِيْرُ البَيَانِ عَنْ وَقْتِ الخِطَابِ يَجُوْزُ Artinya’’Mengahirkan penjelasan pada saat diperintahkan sesuatu dibolehkan’’ Contohperintah tentang sholat,puasa,zakat,dan dijelaskan secara bertahap dan langsung dijelaskan tapi penjelasannya diakhirkan. Macam-macam bayan penjelasan terhadap lafazh mujmal 1. Penjelasan dengan perkataan bayan bil qaul, Contohnya pada QS Al-Baqarah [2] 196 “Tetapi jika ia tidak menemukan binatang korban atau tidak mampu, maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari lagi apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh hari yang sempurna.” Ayat tersebut merupakan bayan penjelasan terhadap rangkaian kalimat sebelumnya mengenai kewajiban mengganti korban menyembelih binatang bagi orang-orang yang tidak menemukan binatang sembelihan atau tidak mampu. 2. Penjelasan dengan perbuatan bayan fi’li Contohnya Rasulullah melakukan perbuatan-perbuatan yang menjelaskan cara-cara berwudhu memulai dengan yang kanan, batas-batas yang dibasuh, Rasulullah mempraktekkan cara-cara haji, dsb. 3. Penjelasan dengan perkataan dan perbuatan sekaligus Firman Allah dalam QS Al-Baqarah [2] 43 “…dan dirikanlah shalat…” Perintah mendirikan sholat tersebut masih kalimat global mujmal yang masih butuh penjelasan bagaimana tata cara sholat yang dimaksud, maka untuk menjelaskannya Rasulullah naik keatas bukit kemudian melakukan sholat hingga sempurna, lalu bersabda “Sholatlah kalian, sebagaimana kalian telah melihat aku shalat” HR Bukhary. 4. Penjelasan dengan tulisan Penjelasan tentang ukuran zakat, yang dilakukan oleh Rasulullah dengan cara menulis surat Rasulullah mendiktekannya, kemudian ditulis oleh para Sahabat dan dikirimkan kepada petugas zakat beliau. 5. Penjelasan dengan isyarat Contohnya seperti penjelasan tentang hitungan hari dalam satu bulan, yang dilakukan oleh Rasulullah saw. dengan cara isyarat, yaitu beliau mengangkat kesepuluh jarinya dua kali dan sembilan jari pada yang ketiga kalinya, yang maksudnya dua puluh sembilan hari. 6. Penjelasan dengan meninggalkan perbuatan Contohnya seperti Qunut pada shalat. Qunut pernah dilakukan oleh Rasulullah dalam waktu yang relatif lama, yaitu kurang lebih satu bulan kemudian beliau meninggalkannya. 7. Penjelasan dengan diam taqrir. Yaitu ketika Rasulullah melihat suatu kejadian, atau Rasulullah mendengar suatu penuturan kejadian tetapi Rasulullah mendiamkannya tidak mengomentari atau memberi isyarat melarang, itu artinya Rasulullah tidak melarangnya. Kalau Rasulullah diam tidak menjawab suatu pertanyaan, itu artinya Rasulullah masih menunggu turunnya wahyu untuk menjawabnya. 8. Penjelasan dengan semua pen takhsis yang mengkhususkan. Mufassar sudah ditafsirkan Mufassar adalah lafazh yang menunjukkan kepada makna yang terperinci dan tidak ada kemungkinan ta’wil yang lain baginya. Apabila datang penjelasan bayan dari syar’i terhadap lafazh yang mujmal itu dengan bayan yang sempurna lagi tuntas, maka lafazh yang mujmal tadi menjadi mufassar ditafsirkan, seperti bayan yang datang secara rinci terhadap lafazh shalat, zakat, haji dan lainnya.
Kaidah102: Bila perintah turun karena pertanyaan mengenai boleh atau tidaknya sesuatu maka perintah itu untuk kebolehan. Al-Mujmal, dan Al-Mubayyan. Al-Nash; Al-Zhahir; Al-Mujmal; Kaidah 170: Kosakata Al-Qur'an—dari segi penunjukannya kepada makna yang dikandungnya—adakalanya berupa: (1)
Adam, Zaidaan, Kaylan, SatriaMujmal & MubayyanMujmal1. Pengertian1. Pengertian2. Sebab-sebab3. Hukum Lafadz2. Macam-macamMubayyanPengertian, Sebab-Sebab, dan HukumMujmal1Secara bahasa mujmal berarti samar-samar dan beragam/majemuk. Mujmal ialah suatu lafal yang belum jelas, yang tidak dapat menunjukkan arti sebenarnya apabila tidak ada keterangan lain yang menjelaskan. Dapat juga dimengerti sebagai lafadh yang global, masih membutuhkan penjelasan bayan atau penafsiran tafsir.“Perempuan yang diceraikan suaminya, menantikan iddahnya tiga quru.’” al-Baqarah[2] 228.Lafadz quru’ ini disebut dengan mujmal karena mempunyai dua makna, yaitu haid dan suci. Kemudian mana di antara dua macam arti yang dikehendaki oleh ayat tersebut maka diperlukan penjelasan, yaitu bayan. Ini adalah contoh yang ijmal dalam lafadz Mujmalوَالْمُطَلَّقٰتُ يَتَرَبَّصْنَ بِاَنْفُسِهِنَّ ثَلٰثَةَ قُرُوْۤءٍۗKata-Kata TunggalSusunan kata-kata jumlah atau tarkibTermasuk mujmal ialah lafadz asing yang ditafsir oleh nash itu sendiri, dengan arti yang khususSebab-Sebab Mujmalisim Qur’un dengan pengertian suci atau datang bulan. Jaun dengan pengertian hitam atau putihfii'l qaala dengan pengertian berkata atau tidur siang. Khataba dengan pengertian berpidato atau wawu yang m,enunjukkan huruf athaf penghubung atu huruf isti’naf menunjukkan permulaan kata , atau sebagai Ilaa yang menunjukkan ghayah atau berarti beserta ma’a 1. Kata-Kata TunggalMenurut Abdul Wahhab Khallaf, ada beberapa kategori dari suatu lafaz yang Mujmal tersebut. Kategori-kategori yang dimaksud adalah sebagai berikutTermasuk Mujmal ialah lafaz-lafaz yang pengertian bahasa dipindahkan oleh Syari’ dari pengertian aslinya kepada pengertian-pengertian khusus menurut istilah syara’.Apabila di dalam nash syara’ terdapt lafadz diantara lafadz-lafadz tersebut di atas, lafadz itu mujmal global pengertiannya, sampai ada penafsiran terhadap lafadz itu oleh syari’ sendiri. Karena itu, datanglah sunnah yang berbentuk amal perbuatan dan ucapan untuk menafsir atau menjelaskan arti shalat dan menjelaskan rukun-rukunnya serta syarat-syaratnya dan bentuk Susunan kata-kata jumlah atau tarkibTermasuk al-Mujmal ialah lafaz asing yang ditafsir oleh nash itu sendiri dengan arti yang khusus, seperti lafaz القارعة dalam firman Allah al-Qari’ah 1- 4 القارعة ما القارعة و ما ادرئك ما القارعة يوم يكون الناس كالفراش المبثوث“Hari kiamat, apakah hari kiamat itu ?. Tahukah kamu apakah hari kiamat itu ? Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran3. Termasuk mujmal ialah lafadz asing yang ditafsir oleh nash itu sendiri, dengan arti yang khususApabila terdapat perkataan mujmal baik dalam al-Qur’an maupun al-Hadis, kitatidak menggunakannya, datang penjelasan. Seperti kata shalat, zakat, haji, danlain-lain yang dijelaskan oleh Nabi Muhamamd Saw. tentang cara-caramelakukannya. Demikian pula tentang batas-batas harta yang terkena zakatHukum Lafadz MujmalPengertian, dan Macam-macam,Mubayyan2Mubayyan secara bahasa etimologi المظهر والموضح yang ditampakkan dan yang dijelaskan. Sedangkan secara terminologi Mubayyan adalah seperti yang didefinisikan oleh al-Asnawi sebagai berikut “Mubayyan adalah lafaz yang jelas maknanya dengan sendirinya atau dengan lafaz lainya”.Ada yang mendifinisikan Mubayyan sebagai berikutما يفهم المراد منه، إما بأصل الوضع أو بعد التبيين“Apa yang dapat difahami maksudnya, baik dengan asal peletakannya atau setelah adanya penjelasan.”Pengertian MubayyanPenjelasan dengan perkataan , contohnya, Allah SWT menjelaskan lafaz سبعة tujuh pada surat al-Baqarah ayat 196, tentang jumlah hari puasa bagi yang tidak mampu membayar dam hadyu pada haji Tamattu’. Dalam bahasa Arab lafaz tujuh sering ditujukan kepada arti banyak’ yang bisa lebih dari tujuh. Untuk menjelaskan tujuh’ itu betul-betul tujuh maka Allah SWT mengiringi dengan firman-Nya “itu sepuluh hari yang sempurna”.Penjelasan dengan mafhum perkataan, contohnya, firman Allah SWT dalam surat al-Isra’ ayat 23, tentang larangan mengatakan اف”ah” kepada kedua orang tua. Mafhum dari ayat tersebut adalah melarang seseorang anak menyakiti orang tuanya, seperti memukul dan lain-lain, karena mengucapkan “ah” saja tidak boleh, apalagi Mubayyan3. Penjelasan dengan perbuatan, contoh. Rasulullah SAW menjelaskan perintah mendirikan shalat, dalam ayat al-Quran, lalu Rasulullah SAW mencontohkan cara melakukan shalat Penjelasan dengan Iqrar “pengakuan” contohnya, Rasulullah melihat Qayis shalat dua raka’at sesudah shalat Subuh, maka Rasulullah bertanya kepada Qayis, lalu Qayis menjawab dua raka’at itu adalah shalat sunat fajar. Rasulullah tidak melarang. Ini menunjukkan dibolehkan shalat sunat sesudah shalat Penjelasan dengan Isyarat, contohnya penjelasan Rasulullah SAW tentang jumlah hari dalam satu bulan. Beliau mengangkat kesepuluh jarinya tiga kali, yakni 30 hari. Kemudian mengulanginya sambil membenamkan ibu jarinya pada kali yang terakhir. Maksdunya bahwa bulan itu kadang-kadang 30 hari atau kadang-kadang 29 Mubayyan6. Penjelasan dengan tulisan, contohnya Rasulullah SAW menyuruh juru tulis beliau menuliskan hukum-hukum mengenai pembagian harta warisan dan Penjelasan dengan qiyas, contohnya Rasulullah SAW menjawab seorang penanya melakukan haji untuk ibunya yang sudah meninggal. Rasullullah bertanya, bagaimana kalau ibumu punya hutang, apa kamu bisa membayarnya?. Hadits tersebut menqiyaskan mengganti haji orang tua dengan membayar MubayyanThankyou!
KaidahMujmal dan Mubayyan. RPP 1 Lembar : Pertemuan Ke - 1 ; RPP 1 Lembar : PENILAIAN ; dan Jika Anda memiliki pertanyaan terkait dengan informasi di atas, jangan ragu untuk mengirimkan Komentar / E-mail kepada kami di ilmuguru97@gmail.com. Semoga sebaran informasi ini bisa membantu anda semua, terima kasih. Tentang Kami Situs ini kami YOGYAKARTA— Muhammadiyah merupakan sebuah gerakan pembaruan sosial yang berbasis nilai-nilai keagamaan Islam. Muhammadiyah mendefinisikan dirinya sebagai “Gerakan Islam, dakwah amar makruf nahi munkar dan tajdid, bersumber kepada al-Quran dan as-Sunnah, serta berasas Islam.” Bagi Muhammadiyah, Al Quran dan As Sunah merupakan pedoman utama dalam ajaran Islam. Metode ini disebut dengan bayani, kembali pada teks otoritatif. “Seluruh persoalan, baik persoalan lama yang telah dibahas para ulama, maupun persoalan yang baru muncul, semuanya harus kembali merujuk Al Quran dan as Sunah. Metode ini kemudian disebut dengan bayani,” ucap Ghoffar Ismail dalam kajian di Masjid Ahmad Dahlan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta UMY pada Rabu 28/09. Ketika berbicara bayani, secara umum berarti berbicara tentang teks al Quran dan al Sunah. Salah satu metode dalam mengambil makna dari kedua teks tersebut ialah Mujmal dan Mubayyan. Menurut Ghoffar, Mujmal berarti teks yang masih global sehingga maknanya sangat multi-interpretatif. Teks semacam ini memerlukan teks di luar dirinya untuk menjelaskan hal-hal yang lebih detail dan jelas. Penjelas dari teks yang masih Mujmal inilah yang disebut dengan Mubayyan. “Mujmal adalah teks yang masih global, bayan adalah penjelasannya. Mengapa perlu dikaji, karena tidak mungkin kita hanya berpedoman pada satu teks, melainkan harus dilihat secara induktif yaitu mengumpulkan seluruh teks terkait untuk diambil maknanya,” tutur anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah ini. Ghoffar memberikan contoh Mujmal dan Mubayyan. Dalam Al Quran disebutkan bahwa umat Islam diwajibkan untuk melaksanakan salat dan menunaikan zakat. Perintah ini masih bersifat mujmal, sehingga membutuhkan penjelasan mubayyan terkait bagaimana teknis pelaksanaan salat dan zakat itu. Hal semacam ini dijelaskan secara detail dalam hadis-hadis Nabi Saw. “Jika hanya mengandalkan Al Quran, tidak mungkin sebuah amalan dilakukan dengan baik. Maka kita membutuhkan teks lain yaitu hadis yang perannya sebagai penjelas. Karenanya, dalam memahami ajaran Islam, tidak cukup hanya bermodalkan satu teks saja,” tegas Ghoffar. Hits 1268
Misalnyasaat di sekolah guru mengajarkan tentang salat dan puasa, saat di rumah peserta didik melihat orang tuanya tidak salat dan tidak puasa maka pengawasan terhadap peserta didik menjadi terputus. Mujmal dan Mubayyan 1. Pengertian mujmal dan mubayyan 2. Tingkatan bayan 3. Penangguhan bayan f. Muradif dan Musytarak 1. Pengertian muradif
Bismillah, sesuai judul di atas, kami ingin menjelaskan tentang istilah mujmal dan mubayyan dalam ushul fiqih. Kami juga akan membahas tingkatan-tingkatan pada bayan serta penangguhan-penangguhan dalam bayan. Simak Mujmal dan MubayyanSecara istilah, mujmal adalah lafaz yang sighatnya tidak jelas menunjukkan apa yang dimaksud. Sedangkan mubayyan adalah lafaz yang sighatnya jelas menunjukkan apa yang mujmal dapat terjadi padaPertama, lafaz mufrad, baik dalam bentuk isim, fi’il, maupun huruf yang bentuknya isim, seperti lafaz قُرْءٌ bisa berarti suci dan haid. Yang berbentuk fi’il, seperti lafaz عَسْعَسْ bisa berarti datang dan pergi. Yang berbentuk huruf, seperti الوو bisa untuk ataf, awal kalimah, atau sumpah huruf qasam.Kedua, susunan kalimat, seperti firman Allah dalam QS. Al-Baqarah 237,اَوْ يَعْفُوَا الَّذِيْ بِيَدِهٖ عُقْدَةُ النِّكَاحِ“Atau dimaafkan oleh orang yang memegang ikatan nikah...”Yang dimaksud dengan الَّذِيْ بِيَدِهٖ عُقْدَةُ النِّكَاحِ dalam ayat tersebut belum jelas, apakah wali atau pemaparan di atas dapat disimpulkan, lafaz mujmal itu masih memerlukan penjelasan bayan, sehingga dapa diketahui maksudnya secara jelas. Selama dalam keadaan mujmal, maka hukumnya ditangguhkan sampai ada bayan penjelasan.Tingkatan BayanYang dimaksud dengan bayan adalah menjelaskan status yang tidak jelas sehingga menjadi jelas. Tingkatan bayan sendiri ada lima1. Bayan QauliYaitu bayan menggunakan kata-kata, atau disebut juga sebagai bayan penguat, misalnya dalam firman Allah,فَصِيَامُ ثَلٰثَةِ اَيَّامٍ فِى الْحَجِّ وَسَبْعَةٍ اِذَا رَجَعْتُمْ ۗ تِلْكَ عَشَرَةٌ كَامِلَةٌ“Maka wajib puasa tiga hari tiga malam dalam masa haji dan tujuh hari setelah pulang. Itulah sepuluh hari yang sempurna.” QS. Al-Baqarah 196Kata-kata عَشَرَةٌ كَامِلَةٌ menguatkan kata ثَلٰثَةِ اَيَّامٍ dan سَبْعَةٍ yang ditegaskan dalam Bayan Fi’liYaitu bayan menggunakan perbuatan, seperti sabda Nabi, “Shalatlah sebagaimana kamu melihat shalatku.” Hadis tersebut menguatkan pelaksanaan shalat yang dilakukan Bayan IsyarahYaitu bayan dengan menggunakan isyarah. Contoh, penjelasan Nabi tentang keharaman emas dan perak bagi kaum laki-laki. Beliau bersabda,“Sesungguhnya dua barang ini haram atas umatku yang laki-laki.” Al-Hadis4. Bayan TarkuYaitu bayan dengan meninggalkan, seperti hadis riwayat Ibnu Hibban,“Yang terakhir dari dua perkara dari Nabi Saw. adalah tidak mengambil wudu karena memakan sesuatu yang dimasak.”5. Bayan SukutYaitu bayan dengan cara diam setelah ada pertanyaan. Contohnya ketika salah seorang sahabat Uwaimir al-Jalany bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang istrinya yang kelihatannya berselingkuh, maka Rasul diam tidak memberikan ini menunjukkan tidak ada hukum Li’an. Setelah turun ayat Li’an, Nabi bersabda, “Sesungguhnya telah diturunkan ayat Al-Qur’an mengenai kamu dan istrimu, dan Nabi menjalankan Li’an antara keduanya.”Penangguhan BayanSetiap lafaz Am, Mutlaq, Mujmal, majas dan Musytak diperlukan penjelasan atau keterangan, tetapi penjelasan tidak mesti segera datang atau ditangguhkan. Penangguhan dalam bayan ada duaPertama, penangguhan penjelasan dari waktu dibutuhkan. Dalam masalah ini, para ulama sepakat bahwa penjelasan tidak boleh lambat dari waktu diperlukan. Sebab dampaknya penangguhan berarti membolehkan mengamalkan sesuatu yang masih mujmal global.Contohnya dalam hadis riwayat Siti Aisyah mengenai kedatangan Fatimah binti Abu Hubais kepada Nabi seraya bertanya, “Hai Rasulullah, saya perempuan yang berpenyakit istihadah. Sebab itu saya tidak pernah suci, apakah saya boleh meninggalkan shalat?”Lalu Nabi menjawab,“Tidak, itu hanya semacam cairan, bukan haid. Maka apabila datang haid, maka tinggalkanlah shalat dan apabila haid telah berlalu berhenti, maka basuhlah darah itu dari dirimu dan laksanakan shalat.”Hadis di atas menerangkan tentang wajibnya bersuci bagi wanita mustahadhah wanita yang mengalami istihadhah setiap kali ingin mengerjakan shalat, sebab bila wajib bersuci, niscaya Rasul memberikan penjelasan di waktu itu juga, karena pada waktu itulah penjelasan bayan penangguhan penjelasan dari waktu khitab, artinya bahwa pada saat turunnya perintah tidak ada penjelasan pelaksanaannya. Kemudian Jibril mencontohkan kepada Nabi, dan selanjutnya Nabi mencontohkan kepada umat-umatnya. Penangguhan penjelasan seperti ini menurut jumhur ulama fiqih dan ulama kalam hukumnya penjelasan singkat mengenai mujmal dan mubayyan. Semoga apa yang kami sampaikan bermanfaat. Wallahu A’lam

8PERTANYAAN/PERNYATAAN SERTA JAWABANNYA YANG MUNGKIN AKAN MEMBUKA JENDELA KEILMUAN KITA SEMUA : 1 - Rasulullah tidak pernah memerintahkan kita untuk

Origin is unreachable Error code 523 2023-06-16 090311 UTC What happened? The origin web server is not reachable. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Check your DNS Settings. A 523 error means that Cloudflare could not reach your host web server. The most common cause is that your DNS settings are incorrect. Please contact your hosting provider to confirm your origin IP and then make sure the correct IP is listed for your A record in your Cloudflare DNS Settings page. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d81e0b5b835b894 • Your IP • Performance & security by Cloudflare
. 177 341 48 269 455 315 469 187

pertanyaan tentang mujmal dan mubayyan